Kini kita menjadi penikmat rindu
Membiarkan waktu di sela-sela kita berlari jauh, lalu mundur, dan jauh kembali.
Seakan mempermainkan perasaan kita.
Tapi ternyata hal itu kemudian semakin meyakini kita, sejauh apapun jarak dan waktu, menutup kisah kita rindu selalu saja ada di sana.
Membiarkan dirinya terbangun oleh rasa sayang dan takut kehilangan.
Sama seperti matahari yang berputar, mendekat di pagi hari, lalu menjauh di sore hari.
Sama seperti bunga yang mekar di pagi hari, lalu sayup di sore hari.
Lalu seperti apakah kita?
Yang terus merindu, membiarkan jarak dan waktu menjadi pupuk terbaik kisah kita.
Dan saat ini, kita telah bertemu kembali.
Sama seperti matahari dan bunga di pagi hari.
Sebelum tenggelam, sebelum sayup lagi.
Bolehkah kita memulai kisah ini lagi?
Biarkan aku menemanimu menikmati terbit dan tenggelamnya matahari, menikmati mekar dan sayupnya bunga bersama-sama.
Bolehkah?
Bolehkah kita mulai kisah ini lagi?
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment