Awal pertemuan yang menurut gue, bisa diceritain lagi di waktu nanti.
Siapa yang sangka, bakal kayak gini :)
Eh ini ngomongin apa ya? Hmmm.
------------------------------------***------------------------------------------
"Din, gue pinjem henpon elu dong."
Dini sambil memberi henponnya ke Aidil bertanya, "Emang buat apaan?".
"Buat ngirim pesan ke teman gue." Kata Aidil.
Malam itu mereka berempat sedang makan malam di suatu tempat makan pinggir jalan. Makan malam yang selalu enggak direncanakan.
Sambil mengunyah Aidil, Putra dan Iwan cekikikan asyik mengetik pesan.
Tanpa curiga Dini membiarkan mereka dengan henponnya. Setelah makan, mereka muter-muter Jakarta di tengah indahnya malam. Mereka mengendarai motor, Dini diboncengi Aidil, Iwan dan Putra bawa motor masing-masing.
Di jalan menuju ke rumah Indri, Dini membuka henponnya, dia kaget banget dengan apa yang di lihatnya. Membuka aplikasi wasap, dan chat deretan paling atas itu nama yang sangat familiar banget, Alfi, mantannya Dini.
Masih shock dengan apa yang di lihat, perlahan Dini membuka dan membaca chat tersebut.
Mata Dini terbelalak dengan apa yang di bacanya, "Heeeh lu ngapain wasap Alfi?" Omelnya ke Aidil yang sedang mengendarai motor. Merasa enggak enak sama Alfi karena bukan dia sendiri yang chat.
Deg deg deg, penasaran apa jawaban Alfi setelah di tanya seperti itu.
Selesai baca, tiba-tiba jantung Dini berdetak lebih cepat dari biasanya. "Gue harus gimana ini?" Gumam dalam hati.
Akhirnya mereka sampai ke rumah Indri. Mereka berlima ngobrol sampai pagi, karena besok libur.
Karena mereka di rumah Indri, Dini akhirnya menginap. Sepertinya mustahil bangun pagi, karena mereka pun habis begadang. Dan sebelum tidir Dini bilang, "Nanti gimana ya? Aku bilang enggak ya ke Alfi kalau itu bukan aku yang menulis pesan?"
"Enggak usah, enggak enak sama Alfi. Udah biarin aja. Emang dasar mereka aja yang iseng", kata Indri.
kruk kruk kruuuuk.. Suara perut Dini terdengar. Bukan, bukan karena lapar. Pasti karena panggilan alam (re: ingin BAB). Mau enggak mau Dini bangun dari tidurnya dan pergi ke kamar mandi. Setelah menyelesaikan urusannya, dia kembali tidur.
Masih jam 9.35 di lihat di jam henponnya. Karena masih mengantuk, Dini tidur kembali.
Kriiiing.. Kriiiing.. Kriiiing.. Dini terbangun dari tidurnya karena mendengar suara panggilan masuk di henponnya. Pas mau di angkat, deringnya mati.
Dan seketika ingat janjinya dengan Alfi.
"Astaghfirullah. Jam berapa ini?", bangun kelagapan.
Di cek henponnya ternyata sudah jam 12.46. "Oh masih jam setengah 12", dengan santai dia rebahan lagi. Tiba-tiba bunyi pesan singkat mendarat di henponnya, "aku udah sampai di Mall L". Membaca pesan itu Dini berpikir "Kok dia udah sampai?".
Di balas pesannya, "Emang kamu udah Sholat Jumat?".
"Udah kok. Ini baru sampai Mall".
Di cek ulang jam berapa, dan ternyata udah jam setengah 1 siang!
Masih setengah sadar setengah tidur, dan shock ngelihat jam berapa, akhirnya Dini menulis pesan ke Alfi, "Sorry, Al. Aku kayaknya enggak bisa nonton hari ini. Aku baru bangun tidur. Mungkin bisanya malam."
"Oh oke. Enggak apa-apa." Balas pesan itu.
Dini dan Indri berencana pergi berdua saja ke Kota Tua. Keluar dari rumah jam setengah 3 sore. Di sana ada acara kuda lumping. Dini dan Indri menontonnya.
Grrr.. Grrr.. Grrr.. Ada pesan masuk di henpon Dini.
Sesampai di rumah Indri, henpon Dini getar lagi, tanda ada pesan baru masuk. Di bacanya pesan itu.
"Jadi di cancel hari ini?" Pesan dari Alfi.
Dini tiba-tiba berpikir, "Tadi bukannya dia yang batalin enggak jadi ketemuan ya?", dalam hati.
Tanpa pikir panjang, Dini menelpon Alfi.
tuuut... tuuut..
Di tutup telponnya. Dan Dini baru sadar kalau dia baru bisa bernapas setelah tutup telpon. Karena baru pertama itu dia ngobrol lewat telpon dengan Alfi setelah empat tahun lamanya.
Tanpa grogi.
Buru-buru mandi dan meluncur ke tempat yang ditentukan.
Selama perjalanan ke sana, hati Dini berdegub kencang. Tidak biasanya. Seperti ada sesuatu yang berbeda. Begitu senang.
Sampai di tempat tujuan, Dini memilih tempat yang asyik untuk ngobrol.
Tidak lama kemudian, Dini melihat sesosok yang enggak asing untuk di kenal. Dia Alfi! Dan seorang perempuan dengan menggandeng tanggan Alfi.
Shock. Kecewa mungkin, enggak seperti yang dibayangkan Dini. Pertemuan kembali pertamanya begitu hambar..
"Hai", sapa Alfi dengan senyum khasnya.
"Din, mau enggak ke tempat Indri dulu? Mampir aja sebentar", kata Aidil.
"Boleh sih, tapi ini udah malam, baru sampai rumah juga dia. Enggak enak gue", kata Dini
"Udah enggak apa-apa. Sebentar aja kok".
"Yauda oke, elu yang tanggung ya kalo dia marah".
"Iya".
Di jalan menuju ke rumah Indri, Dini membuka henponnya, dia kaget banget dengan apa yang di lihatnya. Membuka aplikasi wasap, dan chat deretan paling atas itu nama yang sangat familiar banget, Alfi, mantannya Dini.
Masih shock dengan apa yang di lihat, perlahan Dini membuka dan membaca chat tersebut.
"Lagi dimana, Al?" Chat pertama yang di baca Dini.
"Lagi ziarah. Kenapa Din?"
"Oh enggak apa-apa. Besok libur nih, nonton yuk"
Mata Dini terbelalak dengan apa yang di bacanya, "Heeeh lu ngapain wasap Alfi?" Omelnya ke Aidil yang sedang mengendarai motor. Merasa enggak enak sama Alfi karena bukan dia sendiri yang chat.
Deg deg deg, penasaran apa jawaban Alfi setelah di tanya seperti itu.
"Aku juga mau nonton besok, tapi sama keponakanku di Mall L"
"Oh sama dong, aku udah janjian sama Indri nonton disana juga."
"Aku jalan habis Jumatan sama keponakanu"
"Ya sudah, kita ketemuan di sana aja"
"Ok"
Selesai baca, tiba-tiba jantung Dini berdetak lebih cepat dari biasanya. "Gue harus gimana ini?" Gumam dalam hati.
Akhirnya mereka sampai ke rumah Indri. Mereka berlima ngobrol sampai pagi, karena besok libur.
Karena mereka di rumah Indri, Dini akhirnya menginap. Sepertinya mustahil bangun pagi, karena mereka pun habis begadang. Dan sebelum tidir Dini bilang, "Nanti gimana ya? Aku bilang enggak ya ke Alfi kalau itu bukan aku yang menulis pesan?"
"Enggak usah, enggak enak sama Alfi. Udah biarin aja. Emang dasar mereka aja yang iseng", kata Indri.
kruk kruk kruuuuk.. Suara perut Dini terdengar. Bukan, bukan karena lapar. Pasti karena panggilan alam (re: ingin BAB). Mau enggak mau Dini bangun dari tidurnya dan pergi ke kamar mandi. Setelah menyelesaikan urusannya, dia kembali tidur.
Masih jam 9.35 di lihat di jam henponnya. Karena masih mengantuk, Dini tidur kembali.
Kriiiing.. Kriiiing.. Kriiiing.. Dini terbangun dari tidurnya karena mendengar suara panggilan masuk di henponnya. Pas mau di angkat, deringnya mati.
Dan seketika ingat janjinya dengan Alfi.
"Astaghfirullah. Jam berapa ini?", bangun kelagapan.
Di cek henponnya ternyata sudah jam 12.46. "Oh masih jam setengah 12", dengan santai dia rebahan lagi. Tiba-tiba bunyi pesan singkat mendarat di henponnya, "aku udah sampai di Mall L". Membaca pesan itu Dini berpikir "Kok dia udah sampai?".
Di balas pesannya, "Emang kamu udah Sholat Jumat?".
"Udah kok. Ini baru sampai Mall".
Di cek ulang jam berapa, dan ternyata udah jam setengah 1 siang!
Masih setengah sadar setengah tidur, dan shock ngelihat jam berapa, akhirnya Dini menulis pesan ke Alfi, "Sorry, Al. Aku kayaknya enggak bisa nonton hari ini. Aku baru bangun tidur. Mungkin bisanya malam."
"Oh oke. Enggak apa-apa." Balas pesan itu.
Dini dan Indri berencana pergi berdua saja ke Kota Tua. Keluar dari rumah jam setengah 3 sore. Di sana ada acara kuda lumping. Dini dan Indri menontonnya.
"Din, bukannya Alfi itu udah punya pacar ya? Aku dengar-dengar sih mereka mau tunangan." Tanya Indri tiba-tiba.
"Iya, aku juga dengar berita itu. Tapi enggak apalah. Toh aku juga ketemu sama dia bukan untuk menghancurkan hubungan mereka atau gimana kan?"
"Tapi perasaan kamu ke Alfi gimana?"
"Entahlah." Seperti masih ada sesuatu yang tertinggal di sana. Dalam lamunan Dini.
Grrr.. Grrr.. Grrr.. Ada pesan masuk di henpon Dini.
"Hari ini jadi?"Dini pun enggak membalas pesan itu. Dan mereka pulang ke rumah Indri mengingat hari sudah malam.
"Ya jadi juga enggak apa. Tapi ini masih di Kota Tua, paling sebentar lagi pulang"
"Ya sudah. Kamu sama Indri kan? Ketemuan bertiga gitu?"
"Iya sama Indri. Enggak mau ketemuan bertiga emang?"
"Mau aja sih, kan nanya aja."
"Tapi Indrinya enggak mau nih, katanya enggak enak sama kamu."
"Lho kenapa enggak enak? Ikut aja enggak apa-apa."
"Eh ya sudah deh, batal aja hari ini, kamu sama Indri aja. Aku jadi enggak enak sama dia. Jadi sama-sama enggak enak."
Sesampai di rumah Indri, henpon Dini getar lagi, tanda ada pesan baru masuk. Di bacanya pesan itu.
"Jadi di cancel hari ini?" Pesan dari Alfi.
Dini tiba-tiba berpikir, "Tadi bukannya dia yang batalin enggak jadi ketemuan ya?", dalam hati.
Tanpa pikir panjang, Dini menelpon Alfi.
tuuut... tuuut..
"Assalamu'alaikum"
"Wa'alaikumsalam" jawab di sebrang sana.
"Hari ini mau jalan? Tadi katanya enggak jadi?"
"Emang kamu udah sampai rumah?"
"Baru banget sampai"
"Ya sudah ayo kalau mau jalan."
"Kemana? Mau nonton lagi?" Kata Dini.
"Hah? Enggak usah nonton deh. Nongkrong aja gimana sambil ngopi?"
"Not bad idea. Oke. Jam berapa?"
"Jam 8. How?"
"Oke. See you soon ya"
"Oke. Assalamu'alaikum"
"Wa'alaikumsalam".
Di tutup telponnya. Dan Dini baru sadar kalau dia baru bisa bernapas setelah tutup telpon. Karena baru pertama itu dia ngobrol lewat telpon dengan Alfi setelah empat tahun lamanya.
Tanpa grogi.
Buru-buru mandi dan meluncur ke tempat yang ditentukan.
Selama perjalanan ke sana, hati Dini berdegub kencang. Tidak biasanya. Seperti ada sesuatu yang berbeda. Begitu senang.
Sampai di tempat tujuan, Dini memilih tempat yang asyik untuk ngobrol.
Tidak lama kemudian, Dini melihat sesosok yang enggak asing untuk di kenal. Dia Alfi! Dan seorang perempuan dengan menggandeng tanggan Alfi.
Shock. Kecewa mungkin, enggak seperti yang dibayangkan Dini. Pertemuan kembali pertamanya begitu hambar..
"Hai", sapa Alfi dengan senyum khasnya.
No comments:
Post a Comment