Belasan tahun aku hidup, biasa saja. Bermainkan dunia yang perlahan-lahan ku rajut sedikit demi sedikit.
Cita-cita, masa depan, bahagia, semua jadi kiblat alasan hidup.
Tak pernah aku merasa hidup itu membosankan.
. . . .
Sampai di suatu saat…
Dunia mengajak ku berkenalan dengan hal-hal baru, proses berikutnya dari rajutan-rajutan hidup yang kelak ku kenakan.
Aku mencintainya, jatuh pada perasaan yang sulit sekali untuk dijelaskan.
Albert Einstein pun kuyakin tak faham!
Perasaan apa ini?
?
Dia yang ku mau, dia yang kubutuhkan, dia dia dia … Dia adalah semuanya. Rasanya aku tak perlu lagi pergi kebulan atau mancing di sawah.
Kenapa mancing disawah? Bukankah itu tempat bercocok tanam? Aku baru sadar, ternyata kalimat diatas salah.
Cinta membuat ku bahagia, lalu mudah membuat ku sedih. Cinta membuatku tertawa, lalu mudah membuatku menangis.
Aku rela jadi gila, karena cinta.
Itu saja.
…………………………………………………………………………………………………….
"Pecinta yang baik akan tetap setia, namun ia bisa merelakan kepergian cintanya yang kandas dengan cerdas".
"Sebelumnya hidupmu berjalan tanpa dia, sesudahnya kau bisa berlari meninggalkannya".
"Jatuh cinta tidak dibatasi 1 kali, jangan bodoh dengan merasa ‘kau takan jatuh cinta lagi"’.
Untuk teman ku, yang memang merelakan dirinya gila…
…. “untuk Cinta”
. ... "untuk aku yang merasakannya"
kereeeeennnnn . . .
ReplyDelete