Sunday, October 12, 2014

Tak ada ujar dan Tanpa Aksara



Kesejuta tujuh puluh kalinya kubertanya dalam keheningan
Akan sesuatuyang tak juga kumengerti
Ratusan kitab kubuka lembar demi lembar
Milyaran huruf kuteliti satu demi Satu
Tuhan.. aku hanyalah manusia biasa
Ku tak bisa mendengar jawabMu
Meskiberkali-kali aku melontarkan pertanyaan
Setidaknya aku tak mampu menangkap isyarat
Seringkali kutafakur sambil bertanya dalam hati
Diselingi suara lirihku menyebut namaMu
Bertahun-tahun aku bersabar menanti jawaban
Karena kau hanya seorang hamba
Kini kulihat sebuah lukisan
Nampak jelas di mataku
Bisa kubaca goresan-goresannya
Kecuali makna di balik itu
Apakah kini aku mesti berhenti bertanya?
Inikah saatnya aku mencegat getar lidahku?
Haruskah kukatupkan bibirku?
Tak ada ujar dan tanpa aksara
Masih bermaknakah Tanya itu sekarang?
Apakah lukisan itu sebuah jawaban?
Bantu aku memahami ini
Atau sekedar melupakan
Ingin kumenangis tersedu-sedu
Namun baru kuingat aku tak lagi punya air mata
Baiklah.. biar kumenangis dalam hati
Tapi ternyata hatiku pun tlah tiada
Ingi kumelesat bagai elang di malam hari
Menebas-nebaskan sayapku di tepian awan
Kan ku koyak-koyak atmosfir
Melaungkan Tanya tak terjawab
Aku pun jatuh bagai bulu elang  mengambang
Pelan perlahan dan medarat mulus di atas duri
Entah rasa sakit atau nikmat yang mendera
Lagi-lagi aku tak tahu ini semua apa..

No comments:

Post a Comment